22.4 C
Jember
Tuesday, 6 June 2023

DBD Mulai Naik Lagi

Mobile_AP_Rectangle 1

KADEMANGAN, Radar Ijen – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bondowoso mulai meninggi. Selama sebulan terakhir, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat sudah ada 28 kasus. Hal itu lantaran pola hidup bersih masyarakat yang masih rendah. Padahal, sosialisasi telah dilakukan dengan masif, mulai dari puskesmas, sekolah, hingga masyarakat. Namun, hal itu belum berdampak signifikan.

BACA JUGA : Dirut BRI: Alhamdulillah Untung dan Slamet, Layani 34 Juta Usaha Mikro

Apalagi, memasuki musim pancaroba saat ini pertumbuhan nyamuk cukup signifikan. Data selama tahun 2022 saja, ada 230 kasus DBD. Lima orang di antaranya meninggal dunia. Karenanya, sosialisasi pencegahan dan penanganan perlu terus digencarkan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Bondowoso Goek Fitri Purwandari mengatakan, sosialisasi telah digencarkan ke seluruh elemen masyarakat. Mulai dari puskesmas, sekolah, hingga posyandu. Namun, pola hidup bersih masyarakat masih belum ideal, akhirnya tetap memicu munculnya DBD. “Kami sudah koar-koar, pasang banner, dan sosialisasi setiap waktu,” katanya.

Fitri menjelaskan, ada dua bentuk pencegahan dan penanganan yang terus disosialisasikan kepada masyarakat. Di antaranya, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan pola mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, menutup penampungan air bersih yang tidak bersentuhan dengan tanah, dan menguras air secara rutin sepekan sekali. “Karena nyamuk suka bertelur di lapisan tembok air, dan masa tumbuhnya itu 10 hari. Jadi, sebelum itu harus dikuras airnya,” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya.

- Advertisement -

KADEMANGAN, Radar Ijen – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bondowoso mulai meninggi. Selama sebulan terakhir, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat sudah ada 28 kasus. Hal itu lantaran pola hidup bersih masyarakat yang masih rendah. Padahal, sosialisasi telah dilakukan dengan masif, mulai dari puskesmas, sekolah, hingga masyarakat. Namun, hal itu belum berdampak signifikan.

BACA JUGA : Dirut BRI: Alhamdulillah Untung dan Slamet, Layani 34 Juta Usaha Mikro

Apalagi, memasuki musim pancaroba saat ini pertumbuhan nyamuk cukup signifikan. Data selama tahun 2022 saja, ada 230 kasus DBD. Lima orang di antaranya meninggal dunia. Karenanya, sosialisasi pencegahan dan penanganan perlu terus digencarkan.

Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Bondowoso Goek Fitri Purwandari mengatakan, sosialisasi telah digencarkan ke seluruh elemen masyarakat. Mulai dari puskesmas, sekolah, hingga posyandu. Namun, pola hidup bersih masyarakat masih belum ideal, akhirnya tetap memicu munculnya DBD. “Kami sudah koar-koar, pasang banner, dan sosialisasi setiap waktu,” katanya.

Fitri menjelaskan, ada dua bentuk pencegahan dan penanganan yang terus disosialisasikan kepada masyarakat. Di antaranya, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan pola mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, menutup penampungan air bersih yang tidak bersentuhan dengan tanah, dan menguras air secara rutin sepekan sekali. “Karena nyamuk suka bertelur di lapisan tembok air, dan masa tumbuhnya itu 10 hari. Jadi, sebelum itu harus dikuras airnya,” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya.

KADEMANGAN, Radar Ijen – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bondowoso mulai meninggi. Selama sebulan terakhir, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat sudah ada 28 kasus. Hal itu lantaran pola hidup bersih masyarakat yang masih rendah. Padahal, sosialisasi telah dilakukan dengan masif, mulai dari puskesmas, sekolah, hingga masyarakat. Namun, hal itu belum berdampak signifikan.

BACA JUGA : Dirut BRI: Alhamdulillah Untung dan Slamet, Layani 34 Juta Usaha Mikro

Apalagi, memasuki musim pancaroba saat ini pertumbuhan nyamuk cukup signifikan. Data selama tahun 2022 saja, ada 230 kasus DBD. Lima orang di antaranya meninggal dunia. Karenanya, sosialisasi pencegahan dan penanganan perlu terus digencarkan.

Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Bondowoso Goek Fitri Purwandari mengatakan, sosialisasi telah digencarkan ke seluruh elemen masyarakat. Mulai dari puskesmas, sekolah, hingga posyandu. Namun, pola hidup bersih masyarakat masih belum ideal, akhirnya tetap memicu munculnya DBD. “Kami sudah koar-koar, pasang banner, dan sosialisasi setiap waktu,” katanya.

Fitri menjelaskan, ada dua bentuk pencegahan dan penanganan yang terus disosialisasikan kepada masyarakat. Di antaranya, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan pola mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, menutup penampungan air bersih yang tidak bersentuhan dengan tanah, dan menguras air secara rutin sepekan sekali. “Karena nyamuk suka bertelur di lapisan tembok air, dan masa tumbuhnya itu 10 hari. Jadi, sebelum itu harus dikuras airnya,” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca