BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Minat baca masyarakat Bondowoso menurun selama pandemi. Hal itu dibuktikan dengan menurunnya jumlah kunjungan ke perpustakaan. Terlebih, dalam beberapa waktu lalu, Perpustakaan Daerah (Perpusda) Bondowoso sempat tutup akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Keberadaan program inovasi Gerakan Literasi Daerah (Gelida) diharapkan mampu meningkatkan minat literasi masyarakat Bumi Ki Ronggo.
Berdasarkan data dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bondowoso, jumlah kunjungan selama pandemi hanya kurang lebih 47 ribu saja. Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan jumlah kunjungan sebelum adanya korona, yakni mencapai angka 153 ribu kunjungan. Di Bondowoso memang tidak diberlakukan peringkat rasio membaca. Meski demikian, upaya untuk membuat masyarakat gemar membaca terus dilakukan.
Padahal kunjungan ke perpustakaan ditargetkan meningkat sebanyak satu persen setiap tahun. Namun, karena pandemi, utamanya karena kegiatan belajar mengajar di sekolah dilakukan secara daring. Padahal kunjungan dari para siswa juga mendongkrak jumlah kunjungan ke perpustakaan.
“Perpustakaan juga banyak yang tutup (di tengah pandemi, Red). Itu hampir nasional ya, di provinsi juga tutup. Begitu buka, kami juga ikut buka,” ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bondowoso Alun Taufana Sulstyadi ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen.
Selain itu, Alun juga menyebut ada 501 unit perpustakaan sekolah di Bondowoso. Ditambah 86 perpustakaan desa yang tersebar di beberapa kecamatan. Sementara, untuk koleksi buku di perpusda, saat ini mencapai 33.504 judul buku, dan kurang lebih 80 ribu eksemplar. Biasanya paling banyak dibaca adalah buku cerita fiksi untuk anak-anak. Kemudian, buku referensi untuk mahasiswa semester akhir.
Muhammad Arif Widodo, Kabid Pelayanan, Perpustakaan, dan Informasi, Perpustakaan Provinsi Jawa Timur, mengutarakan hal yang sama. Saat pandemi minat baca masyarakat memang mengalami penurunan. Bahkan hal itu tidak hanya terjadi di Bondowoso, melainkan hampir di seluruh daerah Jawa Timur.
Walaupun demikian, minat baca di Jawa Timur masih lebih tinggi daripada nasional, yakni mencapai 64,20 persen. Sementara di tingkat nasional minat baca hanya 59,52 persen. “Ini data dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,” jelasnya.
Beberapa indikator dalam menghitung minat baca masyarakat, menurut Arif, di antaranya frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah buku yang dibaca. Oleh sebab itu, pihaknya menargetkan minat baca masyarakat kembali meningkat. Mengingat, pada 2020 lalu minat baca di Jatim masuk nomor dua tertinggi setelah Jogjakarta. Kemudian, pada 2021 menurun menjadi peringkat kelima. “Itu tantangan bagi kami untuk terus meningkatkan kegemaran membaca,” pungkasnya.
Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Ilham Wahyudi
Redaktur : Hafid Asnan