26.6 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

100 Sekolah Disiapkan untuk Atasi Stunting di Bondowoso

Mobile_AP_Rectangle 1

DABASAH, RADARJEMBER.ID – Angka stunting di Bondowoso masih terbilang cukup tinggi. Oleh sebab itu, pemkab setempat masih terus berusaha menurunkan hal tersebut. Salah satunya dengan membentuk Sekolah Siaga Kependudukan (SSK). Meski demikian, hal tersebut masih ada dalam tahap wacana.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia di tahun 2021, Bondowoso menjadi daerah dengan kasus stunting terbanyak ketiga di Jatim, setelah Pamekasan dan Bangkalan. Jumlah kasus stunting di kabupaten yang akrab disebut Kota Tape ini, prevalensinya mencapai 37 persen. Balita yang disurvei berasal dari 23 blok. Masing-masing blok berjumlah 10 balita, terdapat 37 persen di antaranya mengalami stunting.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Bondowoso Anisatul Hamidah menerangkan, sebanyak 100 sekolah mulai dari SD hingga SMA disiapkan untuk menjalankan program SKK. “BKKBN ditargetkan untuk percepatan penurunan angka stunting, sehingga membentuk 100 SSK,” katanya.
Anis menjelaskan, 100 sekolah itu merupakan terbanyak se-Jatim. Dengan tujuan menyiapkan anak didik menjadi generasi emas yang berkualitas. Sesuai dengan visi misi Presiden bahwa pada 2045 mendatang, generasi Indonesia menjadi generasi emas berikutnya. “Kami siapkan generasi emas berkualitas,” tegasnya.
Dia melanjutkan, SSK adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran. Di dalamnya terdapat pojok kependudukan sebagai salah satu sumber belajar peserta didik sebagai upaya pembentukan generasi berencana. Selain itu, SSK bertujuan agar guru dan peserta didik dapat memahami isu kependudukan, dan guru mampu mengintegrasikan isu kependudukan ke dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum. (ham/c2/dwi)

- Advertisement -

DABASAH, RADARJEMBER.ID – Angka stunting di Bondowoso masih terbilang cukup tinggi. Oleh sebab itu, pemkab setempat masih terus berusaha menurunkan hal tersebut. Salah satunya dengan membentuk Sekolah Siaga Kependudukan (SSK). Meski demikian, hal tersebut masih ada dalam tahap wacana.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia di tahun 2021, Bondowoso menjadi daerah dengan kasus stunting terbanyak ketiga di Jatim, setelah Pamekasan dan Bangkalan. Jumlah kasus stunting di kabupaten yang akrab disebut Kota Tape ini, prevalensinya mencapai 37 persen. Balita yang disurvei berasal dari 23 blok. Masing-masing blok berjumlah 10 balita, terdapat 37 persen di antaranya mengalami stunting.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Bondowoso Anisatul Hamidah menerangkan, sebanyak 100 sekolah mulai dari SD hingga SMA disiapkan untuk menjalankan program SKK. “BKKBN ditargetkan untuk percepatan penurunan angka stunting, sehingga membentuk 100 SSK,” katanya.
Anis menjelaskan, 100 sekolah itu merupakan terbanyak se-Jatim. Dengan tujuan menyiapkan anak didik menjadi generasi emas yang berkualitas. Sesuai dengan visi misi Presiden bahwa pada 2045 mendatang, generasi Indonesia menjadi generasi emas berikutnya. “Kami siapkan generasi emas berkualitas,” tegasnya.
Dia melanjutkan, SSK adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran. Di dalamnya terdapat pojok kependudukan sebagai salah satu sumber belajar peserta didik sebagai upaya pembentukan generasi berencana. Selain itu, SSK bertujuan agar guru dan peserta didik dapat memahami isu kependudukan, dan guru mampu mengintegrasikan isu kependudukan ke dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum. (ham/c2/dwi)

DABASAH, RADARJEMBER.ID – Angka stunting di Bondowoso masih terbilang cukup tinggi. Oleh sebab itu, pemkab setempat masih terus berusaha menurunkan hal tersebut. Salah satunya dengan membentuk Sekolah Siaga Kependudukan (SSK). Meski demikian, hal tersebut masih ada dalam tahap wacana.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia di tahun 2021, Bondowoso menjadi daerah dengan kasus stunting terbanyak ketiga di Jatim, setelah Pamekasan dan Bangkalan. Jumlah kasus stunting di kabupaten yang akrab disebut Kota Tape ini, prevalensinya mencapai 37 persen. Balita yang disurvei berasal dari 23 blok. Masing-masing blok berjumlah 10 balita, terdapat 37 persen di antaranya mengalami stunting.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Bondowoso Anisatul Hamidah menerangkan, sebanyak 100 sekolah mulai dari SD hingga SMA disiapkan untuk menjalankan program SKK. “BKKBN ditargetkan untuk percepatan penurunan angka stunting, sehingga membentuk 100 SSK,” katanya.
Anis menjelaskan, 100 sekolah itu merupakan terbanyak se-Jatim. Dengan tujuan menyiapkan anak didik menjadi generasi emas yang berkualitas. Sesuai dengan visi misi Presiden bahwa pada 2045 mendatang, generasi Indonesia menjadi generasi emas berikutnya. “Kami siapkan generasi emas berkualitas,” tegasnya.
Dia melanjutkan, SSK adalah sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran. Di dalamnya terdapat pojok kependudukan sebagai salah satu sumber belajar peserta didik sebagai upaya pembentukan generasi berencana. Selain itu, SSK bertujuan agar guru dan peserta didik dapat memahami isu kependudukan, dan guru mampu mengintegrasikan isu kependudukan ke dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum. (ham/c2/dwi)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca