23 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Gua Butha Cermee Peninggalan Bersejarah di Bondowoso

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Salah satu dari lima situs budaya atau culture site yang masuk Ijen Geopark adalah Gua Butha. Ada dua situs yang diajukan masuk warisan dunia UNESCO Global Geopark (UGG). Dua situs Gua Butha tersebut di antaranya terdapat Gua Butha yang terletak di Desa Jirek Mas, Kecamatan Cermee, dan di Sumber Canting Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin.

 

Mobile_AP_Rectangle 2

Struktur Gua Butha Cermee merupakan gua pertapaan pada akhir zaman Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-13 hingga ke-14. Butha memiliki arti raksasa dalam Bahasa Madura. Situs ini berupa cerukan pada tebing batu.

Yang membuat unik dan kagum adalah adanya relief berbentuk raksasa berupa wajah dengan mata terbuka lebar, gigi bertaring, dan tangan berkuku tajam. Pada sisi barat gua terdapat beberapa relief yang merupakan bagian dari relief induk. Yaitu berupa relief kuncup bunga teratai, yang tak lain merupakan lambang Agama Budha. Juga terdapat relief Budha bermeditasi, kepala manusia dengan surya, petapa, dan beberapa binatang yang biasa digunakan dalam kegiatan ritual keagamaan.

“Gua Butha ini memang sudah lama ada. Jalan menuju ke Gua Butha ini dulunya penuh semak belukar. Alhamdulillah sekarang mulai dibuatkan jalan setapak agar pengunjung sampai ke lokasi,” ujar Kepala Desa Jirek Mas Karman.

Jawa Pos Radar Ijen yang berkesempatan turun langsung ke lokasi mendapati bahwa jalan setapak menuju Gua Butha memang cukup curam. Trek naik turun dengan tanah basah membuat pengunjung harus ekstra waspada. Beberapa warga lokal atau anggota dari kelompok sadar wisata (pokdarwis) dapat mengantarkan pengunjung ke lokasi.

Relief gua ini dipahat pada sebuah bukit berorientasi ke arah timur. Berbatasan langsung dengan tebing di sebelah utara, jurang di arah timur, hutan di arah selatan, dan hutan di arah barat. Relief Gua Butha berada di lokasi tanah milik Perhutani.

Gua Butha Cermee terletak di daratan tinggi yang merupakan bagian dari Pegunungan Hyang, tepatnya berada di sebelah barat laut Gunung Kendeng. Kondisi lingkungan di sekitar Gua Butha merupakan daerah yang kering dan tandus. Namun, di area tersebut terdapat sumber air kecil yang menurut kepercayaan masyarakat setempat tidak pernah kering.

“Disebut Gua Butha karena pada gua tersebut terdapat relief kepala kala yang dipahatkan pada tebing bagian selatan. Digambarkan menyeramkan dengan sorot mata yang mengarah pada bingkai yang terletak di bawahnya. Pada bagian atas kepala kala terdapat ukiran yang menggambarkan rambut ikal,” papar Tantri Raras, tim ahli budaya Ijen Geopark wilayah Bondowoso.

Tulang pipi kala terlihat menonjol mengapit batang hidungnya. Bagian bibirnya menyeringai dengan dua buah taring yang keluar dari rahang atasnya, yang menampilkan enam buah gigi. Ukuran kepala memiliki lebar 134,5 sentimeter dan tinggi 160 sentimeter. Secara keseluruhan relief kala tersebut tampak tidak simetris. Bagian kanan lebih besar dari bagian kiri.

Ke depan, pihak desa ingin mengembangkan potensi yang ada. Menurut Karman, pihaknya sudah membentuk pokdarwis. “Kami ingin Gua Butha ini jadi wisata edukasi sejarah. Ke depan juga bisa menjadi sumber pendapatan bagi desa. Dan mengenalkan Desa Jirek Mas dengan wisata sejarahnya,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Salah satu dari lima situs budaya atau culture site yang masuk Ijen Geopark adalah Gua Butha. Ada dua situs yang diajukan masuk warisan dunia UNESCO Global Geopark (UGG). Dua situs Gua Butha tersebut di antaranya terdapat Gua Butha yang terletak di Desa Jirek Mas, Kecamatan Cermee, dan di Sumber Canting Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin.

 

Struktur Gua Butha Cermee merupakan gua pertapaan pada akhir zaman Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-13 hingga ke-14. Butha memiliki arti raksasa dalam Bahasa Madura. Situs ini berupa cerukan pada tebing batu.

Yang membuat unik dan kagum adalah adanya relief berbentuk raksasa berupa wajah dengan mata terbuka lebar, gigi bertaring, dan tangan berkuku tajam. Pada sisi barat gua terdapat beberapa relief yang merupakan bagian dari relief induk. Yaitu berupa relief kuncup bunga teratai, yang tak lain merupakan lambang Agama Budha. Juga terdapat relief Budha bermeditasi, kepala manusia dengan surya, petapa, dan beberapa binatang yang biasa digunakan dalam kegiatan ritual keagamaan.

“Gua Butha ini memang sudah lama ada. Jalan menuju ke Gua Butha ini dulunya penuh semak belukar. Alhamdulillah sekarang mulai dibuatkan jalan setapak agar pengunjung sampai ke lokasi,” ujar Kepala Desa Jirek Mas Karman.

Jawa Pos Radar Ijen yang berkesempatan turun langsung ke lokasi mendapati bahwa jalan setapak menuju Gua Butha memang cukup curam. Trek naik turun dengan tanah basah membuat pengunjung harus ekstra waspada. Beberapa warga lokal atau anggota dari kelompok sadar wisata (pokdarwis) dapat mengantarkan pengunjung ke lokasi.

Relief gua ini dipahat pada sebuah bukit berorientasi ke arah timur. Berbatasan langsung dengan tebing di sebelah utara, jurang di arah timur, hutan di arah selatan, dan hutan di arah barat. Relief Gua Butha berada di lokasi tanah milik Perhutani.

Gua Butha Cermee terletak di daratan tinggi yang merupakan bagian dari Pegunungan Hyang, tepatnya berada di sebelah barat laut Gunung Kendeng. Kondisi lingkungan di sekitar Gua Butha merupakan daerah yang kering dan tandus. Namun, di area tersebut terdapat sumber air kecil yang menurut kepercayaan masyarakat setempat tidak pernah kering.

“Disebut Gua Butha karena pada gua tersebut terdapat relief kepala kala yang dipahatkan pada tebing bagian selatan. Digambarkan menyeramkan dengan sorot mata yang mengarah pada bingkai yang terletak di bawahnya. Pada bagian atas kepala kala terdapat ukiran yang menggambarkan rambut ikal,” papar Tantri Raras, tim ahli budaya Ijen Geopark wilayah Bondowoso.

Tulang pipi kala terlihat menonjol mengapit batang hidungnya. Bagian bibirnya menyeringai dengan dua buah taring yang keluar dari rahang atasnya, yang menampilkan enam buah gigi. Ukuran kepala memiliki lebar 134,5 sentimeter dan tinggi 160 sentimeter. Secara keseluruhan relief kala tersebut tampak tidak simetris. Bagian kanan lebih besar dari bagian kiri.

Ke depan, pihak desa ingin mengembangkan potensi yang ada. Menurut Karman, pihaknya sudah membentuk pokdarwis. “Kami ingin Gua Butha ini jadi wisata edukasi sejarah. Ke depan juga bisa menjadi sumber pendapatan bagi desa. Dan mengenalkan Desa Jirek Mas dengan wisata sejarahnya,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Salah satu dari lima situs budaya atau culture site yang masuk Ijen Geopark adalah Gua Butha. Ada dua situs yang diajukan masuk warisan dunia UNESCO Global Geopark (UGG). Dua situs Gua Butha tersebut di antaranya terdapat Gua Butha yang terletak di Desa Jirek Mas, Kecamatan Cermee, dan di Sumber Canting Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin.

 

Struktur Gua Butha Cermee merupakan gua pertapaan pada akhir zaman Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-13 hingga ke-14. Butha memiliki arti raksasa dalam Bahasa Madura. Situs ini berupa cerukan pada tebing batu.

Yang membuat unik dan kagum adalah adanya relief berbentuk raksasa berupa wajah dengan mata terbuka lebar, gigi bertaring, dan tangan berkuku tajam. Pada sisi barat gua terdapat beberapa relief yang merupakan bagian dari relief induk. Yaitu berupa relief kuncup bunga teratai, yang tak lain merupakan lambang Agama Budha. Juga terdapat relief Budha bermeditasi, kepala manusia dengan surya, petapa, dan beberapa binatang yang biasa digunakan dalam kegiatan ritual keagamaan.

“Gua Butha ini memang sudah lama ada. Jalan menuju ke Gua Butha ini dulunya penuh semak belukar. Alhamdulillah sekarang mulai dibuatkan jalan setapak agar pengunjung sampai ke lokasi,” ujar Kepala Desa Jirek Mas Karman.

Jawa Pos Radar Ijen yang berkesempatan turun langsung ke lokasi mendapati bahwa jalan setapak menuju Gua Butha memang cukup curam. Trek naik turun dengan tanah basah membuat pengunjung harus ekstra waspada. Beberapa warga lokal atau anggota dari kelompok sadar wisata (pokdarwis) dapat mengantarkan pengunjung ke lokasi.

Relief gua ini dipahat pada sebuah bukit berorientasi ke arah timur. Berbatasan langsung dengan tebing di sebelah utara, jurang di arah timur, hutan di arah selatan, dan hutan di arah barat. Relief Gua Butha berada di lokasi tanah milik Perhutani.

Gua Butha Cermee terletak di daratan tinggi yang merupakan bagian dari Pegunungan Hyang, tepatnya berada di sebelah barat laut Gunung Kendeng. Kondisi lingkungan di sekitar Gua Butha merupakan daerah yang kering dan tandus. Namun, di area tersebut terdapat sumber air kecil yang menurut kepercayaan masyarakat setempat tidak pernah kering.

“Disebut Gua Butha karena pada gua tersebut terdapat relief kepala kala yang dipahatkan pada tebing bagian selatan. Digambarkan menyeramkan dengan sorot mata yang mengarah pada bingkai yang terletak di bawahnya. Pada bagian atas kepala kala terdapat ukiran yang menggambarkan rambut ikal,” papar Tantri Raras, tim ahli budaya Ijen Geopark wilayah Bondowoso.

Tulang pipi kala terlihat menonjol mengapit batang hidungnya. Bagian bibirnya menyeringai dengan dua buah taring yang keluar dari rahang atasnya, yang menampilkan enam buah gigi. Ukuran kepala memiliki lebar 134,5 sentimeter dan tinggi 160 sentimeter. Secara keseluruhan relief kala tersebut tampak tidak simetris. Bagian kanan lebih besar dari bagian kiri.

Ke depan, pihak desa ingin mengembangkan potensi yang ada. Menurut Karman, pihaknya sudah membentuk pokdarwis. “Kami ingin Gua Butha ini jadi wisata edukasi sejarah. Ke depan juga bisa menjadi sumber pendapatan bagi desa. Dan mengenalkan Desa Jirek Mas dengan wisata sejarahnya,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca