29.1 C
Jember
Saturday, 1 April 2023

Murid SD di Bondowoso Dinikahkan

Pemkab Bondowoso Gandeng Fatayat Tekan Pernikahan Dini

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu daerah dengan angka pernikahan dini tertinggi. Oleh karena itu, pemkab tengah berupaya untuk terus menekan pernikahan dini tersebut. Salah satu upayanya menggandeng Fatayat Bondowoso dan Tanoker Ledokombo melalui kegiatan workshop Power to Youth, beberapa hari lalu.

Adapun isu utamanya yakni perkawinan anak, kehamilan remaja, dan kekerasan terhadap perempuan. Pj Sekretaris Daerah Bondowoso Soekaryo mengatakan, banyak problem yang menyebabkan pernikahan dini di Bondowoso cukup tinggi. “Yaitu adanya kemiskinan, rendahnya kesadaran terhadap pendidikan, dan kesadaran terhadap kesehatan,” katanya.

Menurut dia, pada tahun 2020 terdapat 30 persen pernikahan dini di Bondowoso atau 1.077 kasus. “Sehingga Pemkab dianggap tidak peduli,” imbuh Soekaryo. Pihaknya mengaku akan mencari solusi terbaik. Sebab, pernikahan dini masih tinggi. Di mana anak-anak dinikahkan sebelum usia 19 tahun. “UU Perkawinan, pernikahan diperbolehkan apabila usia pria/wanita harus 19 tahun. Saya dapat info anak SD dinikahkan,” jelasnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Menurut dia, pernikahan dini tinggi akibat ada ruang dalam pertautannya. Yakni berupa dispensasi nikah. Di mana dispensasi diberikan apabila mendesak. “Maka perlu dipahami betul. Yang sangat mendesak itu seperti apa? Harus segera dijelaskan. Apakah pacaran. Kalau hamil, mungkin iya. Jangan sampai kalau tidak hamil diberikan keterangan hamil,” bebernya.

Namun demikian, pihaknya tidak memungkiri pernikahan dini di Bondowoso karena beberapa faktor klasik. “Kalau kita teliti, ada lingkungan sosial budaya, pendidikan, faktor individu, faktor ekonomi, dan lain-lain,” jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta dinas terkait, yakni Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB), untuk menginventarisasi lagi faktor pernikahan dini di Bondowoso. “Termasuk harus saling bekerja sama dari berbagai sektor,” pungkas Soekaryo.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Dokumentasi Radar Semeru
Redaktur : Hafid Asnan

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu daerah dengan angka pernikahan dini tertinggi. Oleh karena itu, pemkab tengah berupaya untuk terus menekan pernikahan dini tersebut. Salah satu upayanya menggandeng Fatayat Bondowoso dan Tanoker Ledokombo melalui kegiatan workshop Power to Youth, beberapa hari lalu.

Adapun isu utamanya yakni perkawinan anak, kehamilan remaja, dan kekerasan terhadap perempuan. Pj Sekretaris Daerah Bondowoso Soekaryo mengatakan, banyak problem yang menyebabkan pernikahan dini di Bondowoso cukup tinggi. “Yaitu adanya kemiskinan, rendahnya kesadaran terhadap pendidikan, dan kesadaran terhadap kesehatan,” katanya.

Menurut dia, pada tahun 2020 terdapat 30 persen pernikahan dini di Bondowoso atau 1.077 kasus. “Sehingga Pemkab dianggap tidak peduli,” imbuh Soekaryo. Pihaknya mengaku akan mencari solusi terbaik. Sebab, pernikahan dini masih tinggi. Di mana anak-anak dinikahkan sebelum usia 19 tahun. “UU Perkawinan, pernikahan diperbolehkan apabila usia pria/wanita harus 19 tahun. Saya dapat info anak SD dinikahkan,” jelasnya.

Menurut dia, pernikahan dini tinggi akibat ada ruang dalam pertautannya. Yakni berupa dispensasi nikah. Di mana dispensasi diberikan apabila mendesak. “Maka perlu dipahami betul. Yang sangat mendesak itu seperti apa? Harus segera dijelaskan. Apakah pacaran. Kalau hamil, mungkin iya. Jangan sampai kalau tidak hamil diberikan keterangan hamil,” bebernya.

Namun demikian, pihaknya tidak memungkiri pernikahan dini di Bondowoso karena beberapa faktor klasik. “Kalau kita teliti, ada lingkungan sosial budaya, pendidikan, faktor individu, faktor ekonomi, dan lain-lain,” jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta dinas terkait, yakni Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB), untuk menginventarisasi lagi faktor pernikahan dini di Bondowoso. “Termasuk harus saling bekerja sama dari berbagai sektor,” pungkas Soekaryo.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Dokumentasi Radar Semeru
Redaktur : Hafid Asnan

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu daerah dengan angka pernikahan dini tertinggi. Oleh karena itu, pemkab tengah berupaya untuk terus menekan pernikahan dini tersebut. Salah satu upayanya menggandeng Fatayat Bondowoso dan Tanoker Ledokombo melalui kegiatan workshop Power to Youth, beberapa hari lalu.

Adapun isu utamanya yakni perkawinan anak, kehamilan remaja, dan kekerasan terhadap perempuan. Pj Sekretaris Daerah Bondowoso Soekaryo mengatakan, banyak problem yang menyebabkan pernikahan dini di Bondowoso cukup tinggi. “Yaitu adanya kemiskinan, rendahnya kesadaran terhadap pendidikan, dan kesadaran terhadap kesehatan,” katanya.

Menurut dia, pada tahun 2020 terdapat 30 persen pernikahan dini di Bondowoso atau 1.077 kasus. “Sehingga Pemkab dianggap tidak peduli,” imbuh Soekaryo. Pihaknya mengaku akan mencari solusi terbaik. Sebab, pernikahan dini masih tinggi. Di mana anak-anak dinikahkan sebelum usia 19 tahun. “UU Perkawinan, pernikahan diperbolehkan apabila usia pria/wanita harus 19 tahun. Saya dapat info anak SD dinikahkan,” jelasnya.

Menurut dia, pernikahan dini tinggi akibat ada ruang dalam pertautannya. Yakni berupa dispensasi nikah. Di mana dispensasi diberikan apabila mendesak. “Maka perlu dipahami betul. Yang sangat mendesak itu seperti apa? Harus segera dijelaskan. Apakah pacaran. Kalau hamil, mungkin iya. Jangan sampai kalau tidak hamil diberikan keterangan hamil,” bebernya.

Namun demikian, pihaknya tidak memungkiri pernikahan dini di Bondowoso karena beberapa faktor klasik. “Kalau kita teliti, ada lingkungan sosial budaya, pendidikan, faktor individu, faktor ekonomi, dan lain-lain,” jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta dinas terkait, yakni Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB), untuk menginventarisasi lagi faktor pernikahan dini di Bondowoso. “Termasuk harus saling bekerja sama dari berbagai sektor,” pungkas Soekaryo.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Dokumentasi Radar Semeru
Redaktur : Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca