BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Hiasan warna-warni terlihat di wajah Umi Khalifah. Sepintas, gambar riasan pada wajahnya tampak seperti hasil filter kamera. Tapi, jika diperhatikan, ternyata lukisan di wajah tersebut asli dari karya tangannya. Perempuan kelahiran Negara, Bali, yang saat ini tinggal di Bondowoso ini memang rutin setiap hari merias wajahnya sebelum mandi.
Alumnus UIN KHAS Jember ini memang sudah menyukai make-up sejak kecil. Tapi, hobinya sempat dilarang oleh orang tua dan keluarganya. Sebab, dia masih kecil dan dianggap tidak pantas untuk make-up menor, sebagaimana orang dewasa pada umumnya.
Meski demikian, dia tidak berhenti untuk merias wajahnya. Biasanya sebelum mandi dia merias di kamarnya. Sebelum itu, semua pintu kamar dikunci. Karena takut ketahuan orang tuanya. “Dulu pas SMP sudah mulai coba make-up,” ungkap Umi.
Bahkan, untuk melakukan hobinya, Umi pernah melakukan make-up menggunakan krayon karena dilarang membeli peralatan make-up oleh keluarganya. Akhirnya, warna-warna krayon dia aplikasikan pada wajahnya. Namun, make-up menggunakan krayon itu hanya dilakukan di kamarnya. Jika akan keluar kamar, maka riasan di wajahnya dibersihkan terlebih dahulu.
Setelah beberapa waktu, dia kemudian vakum untuk make-up. Terlebih, dia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Baru setelah kuliah di UIN KHAS Jember, Umi mulai kembali merias wajahnya di tempat kosnya. Pada waktu itu, dia belum menyentuh pada make-up artist profesional. Artinya, belum bisa membuat ukiran alis dan sebagainya.
Kemudian, saat pandemi 2020 lalu, dia mulai menyentuh ke make-up karakter. Karena kebingungan melakukan kegiatan di tengah pembatasan kegiatan masyarakat oleh pemerintah, akhirnya Umi memutuskan untuk belajar make-up melalui YouTube. Hasil dari belajar dan proses make-up itu diunggah ke akun media sosial miliknya.
Mirisnya, bukannya mendapatkan dukungan dari warganet, Umi justru mendapatkan cacian dan perkataan kurang enak didengar. Terutama hasil make-up yang diunggah ke akun media sosial. Namun, dia tidak membalas respons komentar negatif tersebut. “Ada yang komen begini, kok tambah stres ya sekarang,” katanya.
Tidak hanya di media sosial, tetangga sekitar juga melontarkan kalimat-kalimat negatif kepada Umi. Hal itu membuatnya sempat berhenti membuat konten di media sosial, baik Instagram, TikTok, ataupun Facebook. Namun, karena dukungan dan semangat dari suami dan keluarganya, Ia memutuskan kembali membuat konten make-up karakter di TikTok dan Instagram. Karena tidak nyaman dengan banyak komentar negatif terkait kegiatannya itu. “Bisa bangkit karena dukungan mereka semua,” paparnya.
Konsistensi Umi membuat konten make-up karakter di TikTok ternyata membuahkan hasil positif. Pasalnya, di akun TikTok dan Instagram banyak yang menanggapi positif. Bahkan ada sejumlah tim kecantikan mengajak bergabung.
Hal itu dia jadikan semangat untuk mengikuti berbagai macam kelas make-up. Uniknya, tidak jarang ia menjadi kontestan terbaik dan mendapatkan sejumlah hadiah menarik. Juga membuat sejumlah owner kecantikan dan produk kosmetik menawarkan kerja sama.
Tak hanya itu, usaha make-up karakter yang ditekuni sejak 2020 lalu juga membuahkan hasil manis lain. Di antaranya, sering mendapatkan alat make-up gratis dari sejumlah brand kosmetik. Dengan catatan harus membuat konten make-up menggunakan kosmetik tersebut. Bahkan, dalam pembuatan video itu, perempuan yang juga memberikan les privat mengaji kepada anak di desanya ini, juga bisa mendapatkan bayaran. “Saya sudah tidak peduli lagi orang lain mau berkata apa,” bebernya.
Sementara, teman-teman yang sebelumnya menghina dan menilai negatif kegiatan make-up karakter yang dilakukan oleh Umi, kini juga merasa kagum dan mengakui hasil yang didapatkan dari ketekunannya melatih kemampuan merias. Bahkan, ada yang meminta diajari melakukan make-up karakter, serta meminta untuk menjadi model atau talent dari make-up karakter itu.
Saat ini, selain membuat konten, ternyata Umi juga sudah mulai dibanjiri pesanan untuk make-up masyarakat dalam acara-acara tertentu. Misalnya acara wisuda, pernikahan, pengajian, dan lainnya. Sementara, untuk make-up karakter, di belum mendapatkan pesanan terlalu banyak. Karena belum ada karnaval yang dilakukan di tengah pandemi seperti saat ini. “Kalau make-up karakter ini identik dengan karnaval,” pungkasnya.
Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti