23.5 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Temukan 71 Napi di Bondowoso Suspek TBC

Perlu Ruang Isolasi Khusus bila Terkonfirmasi Positif

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang cukup membahayakan. Oleh sebab itu, penyakit ini membutuhkan penanganan dan perawatan serius. Sebab, dapat merenggut nyawa seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Terlebih di lingkungan yang padat, seperti di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Bondowoso.

Baca Juga : Ratusan Miliar Bisa Muspro, Jika Jalan Tetap Dilewati Kendaraan Tambun

Untuk mengantisipasi adanya penyebaran TBC di tempat itu, dilakukan pemeriksaan kepada ratusan warga binaan Lapas Bondowoso. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh pihak lapas bersama Dinas Kesehatan (Dinkes), Yayasan Pemberdayaan Intensif Kesehatan Masyarakat (Yapikma), serta Yayasan Banuyasa Sejahtera (Yabisa).

Mobile_AP_Rectangle 2

Kalapas Bondowoso Sarwito menyampaikan, kegiatan sosialisasi dan screening TBC ini merupakan wujud Lapas Bondowoso peduli terhadap kesehatan warga binaan. “Semoga dengan adanya kegiatan ini Lapas Bondowoso terhindar dari penyebaran penyakit berbahaya dan menular,” katanya.

Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan terkait penyakit menular. “Semoga para warga binaan lebih mampu menyikapi dan waspada terhadap penyakit berbahaya dan menular,” imbuhnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Bondowoso Goek Fitri Purwandari menerangkan, hasil screening yang dilakukan di lapas belum dapat diketahui. Sebab, sampel dahak dari masing-masing napi harus diperiksa terlebih dahulu di fasilitas kesehatan yang memiliki mesin tes cepat molekuler (TCM).

Saat ini alat tersebut hanya ada di empat fasilitas kesehatan. Di antaranya RSUD Koesnadi, Puskesmas Maesan, Puskesmas Prajekan, dan Puskesmas Tenggarang. Oleh sebab itu, untuk mengetahui apakah warga binaan Lapas Bondowoso ada yang terkonfirmasi positif atau tidak, membutuhkan waktu kurang lebih satu pekan. Mengingat ada 292 napi yang diperiksa, sementara satu pemeriksaan membutuhkan waktu minimal dua jam.

Dari ratusan warga binaan yang dilakukan screening, terdapat 71 di antaranya suspek TBC. Walaupun belum dapat dipastikan apakah yang bersangkutan positif atau negatif. Sebab, masih menunggu hasil resmi dari pemeriksaan menggunakan mesin TCM. “Jadi, gak bisa langsung, apakah benar-benar terkonfirmasi TBC,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Goek juga menuturkan, jika nantinya ada warga binaan yang terkonfirmasi positif, maka harus dilakukan isolasi dan dipisahkan dari para napi lainnya. Jika tidak, maka penyakit ini dengan cepat akan menular kepada yang lainnya. Terlebih, dengan kondisi yang tertutup dan pola hidup yang berkelompok selama 24 jam. “Kami sudah berkoordinasi dengan kalapas untuk diupayakan ada ruang isolasi bila hasilnya positif,” pungkasnya.

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Dwi Siswanto

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang cukup membahayakan. Oleh sebab itu, penyakit ini membutuhkan penanganan dan perawatan serius. Sebab, dapat merenggut nyawa seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Terlebih di lingkungan yang padat, seperti di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Bondowoso.

Baca Juga : Ratusan Miliar Bisa Muspro, Jika Jalan Tetap Dilewati Kendaraan Tambun

Untuk mengantisipasi adanya penyebaran TBC di tempat itu, dilakukan pemeriksaan kepada ratusan warga binaan Lapas Bondowoso. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh pihak lapas bersama Dinas Kesehatan (Dinkes), Yayasan Pemberdayaan Intensif Kesehatan Masyarakat (Yapikma), serta Yayasan Banuyasa Sejahtera (Yabisa).

Kalapas Bondowoso Sarwito menyampaikan, kegiatan sosialisasi dan screening TBC ini merupakan wujud Lapas Bondowoso peduli terhadap kesehatan warga binaan. “Semoga dengan adanya kegiatan ini Lapas Bondowoso terhindar dari penyebaran penyakit berbahaya dan menular,” katanya.

Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan terkait penyakit menular. “Semoga para warga binaan lebih mampu menyikapi dan waspada terhadap penyakit berbahaya dan menular,” imbuhnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Bondowoso Goek Fitri Purwandari menerangkan, hasil screening yang dilakukan di lapas belum dapat diketahui. Sebab, sampel dahak dari masing-masing napi harus diperiksa terlebih dahulu di fasilitas kesehatan yang memiliki mesin tes cepat molekuler (TCM).

Saat ini alat tersebut hanya ada di empat fasilitas kesehatan. Di antaranya RSUD Koesnadi, Puskesmas Maesan, Puskesmas Prajekan, dan Puskesmas Tenggarang. Oleh sebab itu, untuk mengetahui apakah warga binaan Lapas Bondowoso ada yang terkonfirmasi positif atau tidak, membutuhkan waktu kurang lebih satu pekan. Mengingat ada 292 napi yang diperiksa, sementara satu pemeriksaan membutuhkan waktu minimal dua jam.

Dari ratusan warga binaan yang dilakukan screening, terdapat 71 di antaranya suspek TBC. Walaupun belum dapat dipastikan apakah yang bersangkutan positif atau negatif. Sebab, masih menunggu hasil resmi dari pemeriksaan menggunakan mesin TCM. “Jadi, gak bisa langsung, apakah benar-benar terkonfirmasi TBC,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Goek juga menuturkan, jika nantinya ada warga binaan yang terkonfirmasi positif, maka harus dilakukan isolasi dan dipisahkan dari para napi lainnya. Jika tidak, maka penyakit ini dengan cepat akan menular kepada yang lainnya. Terlebih, dengan kondisi yang tertutup dan pola hidup yang berkelompok selama 24 jam. “Kami sudah berkoordinasi dengan kalapas untuk diupayakan ada ruang isolasi bila hasilnya positif,” pungkasnya.

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Dwi Siswanto

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang cukup membahayakan. Oleh sebab itu, penyakit ini membutuhkan penanganan dan perawatan serius. Sebab, dapat merenggut nyawa seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Terlebih di lingkungan yang padat, seperti di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Bondowoso.

Baca Juga : Ratusan Miliar Bisa Muspro, Jika Jalan Tetap Dilewati Kendaraan Tambun

Untuk mengantisipasi adanya penyebaran TBC di tempat itu, dilakukan pemeriksaan kepada ratusan warga binaan Lapas Bondowoso. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh pihak lapas bersama Dinas Kesehatan (Dinkes), Yayasan Pemberdayaan Intensif Kesehatan Masyarakat (Yapikma), serta Yayasan Banuyasa Sejahtera (Yabisa).

Kalapas Bondowoso Sarwito menyampaikan, kegiatan sosialisasi dan screening TBC ini merupakan wujud Lapas Bondowoso peduli terhadap kesehatan warga binaan. “Semoga dengan adanya kegiatan ini Lapas Bondowoso terhindar dari penyebaran penyakit berbahaya dan menular,” katanya.

Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan terkait penyakit menular. “Semoga para warga binaan lebih mampu menyikapi dan waspada terhadap penyakit berbahaya dan menular,” imbuhnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Bondowoso Goek Fitri Purwandari menerangkan, hasil screening yang dilakukan di lapas belum dapat diketahui. Sebab, sampel dahak dari masing-masing napi harus diperiksa terlebih dahulu di fasilitas kesehatan yang memiliki mesin tes cepat molekuler (TCM).

Saat ini alat tersebut hanya ada di empat fasilitas kesehatan. Di antaranya RSUD Koesnadi, Puskesmas Maesan, Puskesmas Prajekan, dan Puskesmas Tenggarang. Oleh sebab itu, untuk mengetahui apakah warga binaan Lapas Bondowoso ada yang terkonfirmasi positif atau tidak, membutuhkan waktu kurang lebih satu pekan. Mengingat ada 292 napi yang diperiksa, sementara satu pemeriksaan membutuhkan waktu minimal dua jam.

Dari ratusan warga binaan yang dilakukan screening, terdapat 71 di antaranya suspek TBC. Walaupun belum dapat dipastikan apakah yang bersangkutan positif atau negatif. Sebab, masih menunggu hasil resmi dari pemeriksaan menggunakan mesin TCM. “Jadi, gak bisa langsung, apakah benar-benar terkonfirmasi TBC,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Goek juga menuturkan, jika nantinya ada warga binaan yang terkonfirmasi positif, maka harus dilakukan isolasi dan dipisahkan dari para napi lainnya. Jika tidak, maka penyakit ini dengan cepat akan menular kepada yang lainnya. Terlebih, dengan kondisi yang tertutup dan pola hidup yang berkelompok selama 24 jam. “Kami sudah berkoordinasi dengan kalapas untuk diupayakan ada ruang isolasi bila hasilnya positif,” pungkasnya.

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Dwi Siswanto

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca