23.1 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Kembali Sidak, Kali Ini di Wonosari

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEBER.ID – Setelah melakukan sidak ke sejumlah kios di Kecamatan Klabang, tiga hari lalu, Komisi II DPRD Bondowoso seakan tak puas. Mereka kembali melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke beberapa kios di Kecamatan Wonosari, kemarin (3/2). Sidak itu dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II Andi Hermanto bersama lima anggotanya. Di Wonosari, mereka lagi-lagi menemukan ratusan pupuk subsidi tahun 2021 hilang. Andi mengatakan, terkait pupuk bersubsidi yang dikeluhkan petani, dia kembali membeberkan temuannya di kecamatan.

Tahun 2021, pupuk urea bersubsidi di Kecamatan Wonosari sebanyak 1.141 ton. Namun, yang terserap di petani hanya 935 ton. “Jadi, ada kelebihan sebanyak 206 ton,” ujarnya.

Andi menyebut, para petani mengaku bahwa pupuk urea bersubsidi masih langka dan tetap kesulitan membeli pupuk. Padahal pupuknya berlimpah. “Kenapa sisa pupuk itu tidak jual ke petani,” tegasnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Saat Andi mempertanyakan kelebihan pupuk kepada salah satu distributor, ada dalih bahwa kelebihan stok ada pada kios. Namun, setelah ditanya stok itu ada di mana, justru distributor tersebut bingung untuk menjelaskan. “Saya melihat bahwa kelangkaan pupuk yang sering terjadi di Bondowoso memang sengaja dibuat oleh distributor,” tegasnya.

Selain itu, Andi mengaku merasa kasihan kepada PPL yang selama ini selalu menjadi tempat pertanyaan dari petani. Sebab, PPL punya peran membuat RDKK. Namun, setelah pupuk didistribusikan ke kios, PPL justru tidak tahu.

“Seharusnya PPL diajak koordinasi dan diberi tahu ketika akan melakukan pendistribusian pupuk oleh distributor ke masing-masing kios. Karena yang menentukan jumlah pupuk di masing-masing desa itu adalah PPL. Hingga saat ini, PPL hanya menjadi tumpuan pengaduan petani,” tegas Andi.

Dirinya berjanji berusaha terus membongkar mafia pupuk yang merugikan petani di Bondowoso. “Makanya, dalam waktu dekat ini kami akan memanggil pemilik kios dan distributor untuk mengklarifikasi kelebihan pupuk itu. Jika nanti ditemukan ada penyimpangan, kami akan merekomendasikan untuk ditindaklanjuti ke aparat penegak hukum (APH, Red),” tegasnya.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEBER.ID – Setelah melakukan sidak ke sejumlah kios di Kecamatan Klabang, tiga hari lalu, Komisi II DPRD Bondowoso seakan tak puas. Mereka kembali melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke beberapa kios di Kecamatan Wonosari, kemarin (3/2). Sidak itu dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II Andi Hermanto bersama lima anggotanya. Di Wonosari, mereka lagi-lagi menemukan ratusan pupuk subsidi tahun 2021 hilang. Andi mengatakan, terkait pupuk bersubsidi yang dikeluhkan petani, dia kembali membeberkan temuannya di kecamatan.

Tahun 2021, pupuk urea bersubsidi di Kecamatan Wonosari sebanyak 1.141 ton. Namun, yang terserap di petani hanya 935 ton. “Jadi, ada kelebihan sebanyak 206 ton,” ujarnya.

Andi menyebut, para petani mengaku bahwa pupuk urea bersubsidi masih langka dan tetap kesulitan membeli pupuk. Padahal pupuknya berlimpah. “Kenapa sisa pupuk itu tidak jual ke petani,” tegasnya.

Saat Andi mempertanyakan kelebihan pupuk kepada salah satu distributor, ada dalih bahwa kelebihan stok ada pada kios. Namun, setelah ditanya stok itu ada di mana, justru distributor tersebut bingung untuk menjelaskan. “Saya melihat bahwa kelangkaan pupuk yang sering terjadi di Bondowoso memang sengaja dibuat oleh distributor,” tegasnya.

Selain itu, Andi mengaku merasa kasihan kepada PPL yang selama ini selalu menjadi tempat pertanyaan dari petani. Sebab, PPL punya peran membuat RDKK. Namun, setelah pupuk didistribusikan ke kios, PPL justru tidak tahu.

“Seharusnya PPL diajak koordinasi dan diberi tahu ketika akan melakukan pendistribusian pupuk oleh distributor ke masing-masing kios. Karena yang menentukan jumlah pupuk di masing-masing desa itu adalah PPL. Hingga saat ini, PPL hanya menjadi tumpuan pengaduan petani,” tegas Andi.

Dirinya berjanji berusaha terus membongkar mafia pupuk yang merugikan petani di Bondowoso. “Makanya, dalam waktu dekat ini kami akan memanggil pemilik kios dan distributor untuk mengklarifikasi kelebihan pupuk itu. Jika nanti ditemukan ada penyimpangan, kami akan merekomendasikan untuk ditindaklanjuti ke aparat penegak hukum (APH, Red),” tegasnya.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BONDOWOSO, RADARJEBER.ID – Setelah melakukan sidak ke sejumlah kios di Kecamatan Klabang, tiga hari lalu, Komisi II DPRD Bondowoso seakan tak puas. Mereka kembali melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke beberapa kios di Kecamatan Wonosari, kemarin (3/2). Sidak itu dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II Andi Hermanto bersama lima anggotanya. Di Wonosari, mereka lagi-lagi menemukan ratusan pupuk subsidi tahun 2021 hilang. Andi mengatakan, terkait pupuk bersubsidi yang dikeluhkan petani, dia kembali membeberkan temuannya di kecamatan.

Tahun 2021, pupuk urea bersubsidi di Kecamatan Wonosari sebanyak 1.141 ton. Namun, yang terserap di petani hanya 935 ton. “Jadi, ada kelebihan sebanyak 206 ton,” ujarnya.

Andi menyebut, para petani mengaku bahwa pupuk urea bersubsidi masih langka dan tetap kesulitan membeli pupuk. Padahal pupuknya berlimpah. “Kenapa sisa pupuk itu tidak jual ke petani,” tegasnya.

Saat Andi mempertanyakan kelebihan pupuk kepada salah satu distributor, ada dalih bahwa kelebihan stok ada pada kios. Namun, setelah ditanya stok itu ada di mana, justru distributor tersebut bingung untuk menjelaskan. “Saya melihat bahwa kelangkaan pupuk yang sering terjadi di Bondowoso memang sengaja dibuat oleh distributor,” tegasnya.

Selain itu, Andi mengaku merasa kasihan kepada PPL yang selama ini selalu menjadi tempat pertanyaan dari petani. Sebab, PPL punya peran membuat RDKK. Namun, setelah pupuk didistribusikan ke kios, PPL justru tidak tahu.

“Seharusnya PPL diajak koordinasi dan diberi tahu ketika akan melakukan pendistribusian pupuk oleh distributor ke masing-masing kios. Karena yang menentukan jumlah pupuk di masing-masing desa itu adalah PPL. Hingga saat ini, PPL hanya menjadi tumpuan pengaduan petani,” tegas Andi.

Dirinya berjanji berusaha terus membongkar mafia pupuk yang merugikan petani di Bondowoso. “Makanya, dalam waktu dekat ini kami akan memanggil pemilik kios dan distributor untuk mengklarifikasi kelebihan pupuk itu. Jika nanti ditemukan ada penyimpangan, kami akan merekomendasikan untuk ditindaklanjuti ke aparat penegak hukum (APH, Red),” tegasnya.

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca