BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Produksi tahu di kondisi pandemi sekarang ini ternyata masih bergeliat. Bahan makanan yang berasal dari kedelai ini menjadi santapan tambahan masyarakat. Salah satu sentra produksi tahu di Bondowoso berada di Kecamatan Tamanan.
Bagi warga setempat, tahu Tamanan menjadi hidangan wajib saat ada tamu. Selain disajikan dengan petis dan cabai, tahu juga ditaburi garam dan rasanya pun khas. Sentra pembuatan tahu Tamanan ini paling banyak ada di Desa Kalianyar. Informasi yang dihimpun, total ada sekitar 35 produsen di sana. Bahkan, pedukuhan tersebut diberi nama Dusun Tahuan.
Ernadi, 56, produsen tahu Tamanan, menjelaskan, produksinya tak jauh berbeda dengan tahu pada umumnya. Hanya, prosesnya betul-betul diperhatikan. Meskipun kategorinya industri rumahan, pihaknya bisa menghabiskan 75 hingga 100 kilogram kedelai setiap hari.
“Kami menggunakan kedelai impor dan lokal. Kalau impor lebih bagus hasilnya,” katanya, saat dikonfirmasi di sela-sela mengarahkan karyawannya.
Sementara, untuk harga kedelai Rp 11 ribu per kilogram. Ia membelinya dari pengepul. “Di Tamanan ini ada sekitar empat pengepul,” katanya.
Dari 50 kilogram kedelai, bisa dihasilkan 20 papan tahu. Sementara, kalau pemesanan ramai, pihaknya bisa memproduksi 25-30 papan. Dalam sehari ia bisa menjual 200 sampai 300 bungkus tahu siap konsumsi, dengan harga Rp 5 ribu per bungkus.
Sebelum pandemi, ia mengaku bisa menghabiskan 1 kuintal kedelai. Tetapi sejak pandemi Covid-19, menurun sebesar 50 persen, atau hanya 50 kilogram. Â “Tetapi alhamdulillah, sekarang mulai bangkit ketimbang awal pandemi. Penjualan tahu masih tetap 200-300 bungkus,” akunya.
Penjualan tahu Tamanan ini juga sudah mencapai Jember. Dibeli tengkulak juga untuk dijual lagi. “Saya jual sampai Kalisat, Jember,” imbuhnya. Pihaknya mulai memproduksi tahu sejak tahun 2000 lalu. Usahanya itu membuka lapangan pekerjaan bagi warga lain. “Kini sudah punya empat karyawan sama yang goreng. Upah mereka dibayar setiap hari,” terangnya.
Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Muchammad Ainul Budi
Editor: Solikhul Huda