Mobile_AP_Rectangle 1
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Banner berwarna kuning terpampang di sejumlah titik persimpangan jalan strategis di wilayah Kecamatan Maesan. Spanduk itu bertuliskan ‘Nyara Tretan, Tidak Usah Mudik’. Tulisan berbahasa Madura itu cukup menyita perhatian.
Sebab, imbauan dari Muspika Maesan tersebut cukup kreatif dengan mengajak warganya agar tidak mudik dalam bahasa daerah. Di berbagai titik di Bondowoso, banner serupa juga sudah menyebar.
Camat Maesan Ahmad Sayadi mengatakan, imbauan itu untuk menekan penyebaran Covid-19. Sesuai dengan anjuran pemerintah pusat maupun kabupaten. “Salah satu caranya dengan membuat spanduk banner di beberapa lokasi,” bebernya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Dia mengatakan, pemilihan bahasa Madura digunakan agar bahasa ajakan itu lebih dekat dengan masyarakat. “Karena mayoritas masyarakat atau warga di Kecamatan Maesan ini Madura. Apalagi, Maesan berbatasan dengan Jember. Justru spanduk seperti itu cukup efektif memberikan imbauan,” imbuhnya.
Tulisan ‘Nyara Tretan, Tidak Usah Mudik’ itu dalam bahasa Indonesia memiliki arti “mari Saudara, tidak usah mudik”. Sayadi menambahkan, pihaknya sudah menyebar spanduk itu di beberapa desa yang ada di Maesan.
“Dari pemkab memang sudah ada anjuran untuk mengimbau warga-warga yang di desa atau kecamatan. Tinggal cara imbauannya yang bervariasi atau beda-beda. Nah, kami pilih pakai bahasa Madura,” ucapnya.
Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Muchammad Ainul Budi
Editor: Solikhul Huda
- Advertisement -
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Banner berwarna kuning terpampang di sejumlah titik persimpangan jalan strategis di wilayah Kecamatan Maesan. Spanduk itu bertuliskan ‘Nyara Tretan, Tidak Usah Mudik’. Tulisan berbahasa Madura itu cukup menyita perhatian.
Sebab, imbauan dari Muspika Maesan tersebut cukup kreatif dengan mengajak warganya agar tidak mudik dalam bahasa daerah. Di berbagai titik di Bondowoso, banner serupa juga sudah menyebar.
Camat Maesan Ahmad Sayadi mengatakan, imbauan itu untuk menekan penyebaran Covid-19. Sesuai dengan anjuran pemerintah pusat maupun kabupaten. “Salah satu caranya dengan membuat spanduk banner di beberapa lokasi,” bebernya.
Dia mengatakan, pemilihan bahasa Madura digunakan agar bahasa ajakan itu lebih dekat dengan masyarakat. “Karena mayoritas masyarakat atau warga di Kecamatan Maesan ini Madura. Apalagi, Maesan berbatasan dengan Jember. Justru spanduk seperti itu cukup efektif memberikan imbauan,” imbuhnya.
Tulisan ‘Nyara Tretan, Tidak Usah Mudik’ itu dalam bahasa Indonesia memiliki arti “mari Saudara, tidak usah mudik”. Sayadi menambahkan, pihaknya sudah menyebar spanduk itu di beberapa desa yang ada di Maesan.
“Dari pemkab memang sudah ada anjuran untuk mengimbau warga-warga yang di desa atau kecamatan. Tinggal cara imbauannya yang bervariasi atau beda-beda. Nah, kami pilih pakai bahasa Madura,” ucapnya.
Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Muchammad Ainul Budi
Editor: Solikhul Huda
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Banner berwarna kuning terpampang di sejumlah titik persimpangan jalan strategis di wilayah Kecamatan Maesan. Spanduk itu bertuliskan ‘Nyara Tretan, Tidak Usah Mudik’. Tulisan berbahasa Madura itu cukup menyita perhatian.
Sebab, imbauan dari Muspika Maesan tersebut cukup kreatif dengan mengajak warganya agar tidak mudik dalam bahasa daerah. Di berbagai titik di Bondowoso, banner serupa juga sudah menyebar.
Camat Maesan Ahmad Sayadi mengatakan, imbauan itu untuk menekan penyebaran Covid-19. Sesuai dengan anjuran pemerintah pusat maupun kabupaten. “Salah satu caranya dengan membuat spanduk banner di beberapa lokasi,” bebernya.
Dia mengatakan, pemilihan bahasa Madura digunakan agar bahasa ajakan itu lebih dekat dengan masyarakat. “Karena mayoritas masyarakat atau warga di Kecamatan Maesan ini Madura. Apalagi, Maesan berbatasan dengan Jember. Justru spanduk seperti itu cukup efektif memberikan imbauan,” imbuhnya.
Tulisan ‘Nyara Tretan, Tidak Usah Mudik’ itu dalam bahasa Indonesia memiliki arti “mari Saudara, tidak usah mudik”. Sayadi menambahkan, pihaknya sudah menyebar spanduk itu di beberapa desa yang ada di Maesan.
“Dari pemkab memang sudah ada anjuran untuk mengimbau warga-warga yang di desa atau kecamatan. Tinggal cara imbauannya yang bervariasi atau beda-beda. Nah, kami pilih pakai bahasa Madura,” ucapnya.
Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Muchammad Ainul Budi
Editor: Solikhul Huda