22.9 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Berikan Sosialisasi Warga Sekitar Cagar Budaya

Gali Potensi Budaya dan Keunggulan Maskuning Kulon

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Puluhan warga Desa Maskuning Kulon, Kecamatan Pujer, mendapatkan pengarahan serta edukasi terkait situs budaya yang masuk dalam Ijen Geopark, kemarin. Desa Maskuning Kulon sendiri masuk dalam lima situs budaya, karena terdapat puluhan batu megalitikum di wilayahnya.

Sosialisasi yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) bertemakan pemberdayaan masyarakat sekitar cagar budaya itu diadakan di balai desa setempat. Ada dua pembicara dalam sosialisasi tersebut. Yakni Tantri Raras dari tim ahli budaya Ijen Geopark dan Kayan Suwastika, dosen sejarah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember (FKIP UNEJ). ā€œDesa Maskuning Kulon ini salah satu desa yang menjadi rujukan wisata edukasi. Banyak potensi wisata dan warisan budaya yang ada,ā€ kata Tantri.

Dalam sosialisasi tersebut, warga diberi pemahaman akan potensi situs batu-batu megalitikum yang ada di wilayahnya. Ke depan, mereka dapat memanfaatkan sebagai pemberdayaan masyarakat serta mengembangkan lebih baik lagi.

Mobile_AP_Rectangle 2

ā€œPemberdayaan ini masyarakat lah sebagai pelakunya. Ketika ada pengunjung datang, tentu ada perputaran ekonomi yang berkelanjutan. Seperti masyarakat bisa berdagang ataupun bisa membuka home stay,ā€ imbuhnya.

Terlebih, di Maskuning Kulon juga sudah ada kelompok sadar wisata (pokdarwis), sanggar desa, dan BUMDes. ā€œYang patut dikembangkan tidak hanya batu megalitikum saja. Tetapi bisa makanan tradisional ataupun kerajinan rumahan, seperti kerajinan bambu, untuk bisa dijual,ā€ ungkap Tantri.

Senada dengan Tantri, Kayan Suwastika juga menjelaskan betapa kayanya perjalanan sejarah yang ada di Bondowoso. ā€œBondowoso ini salah satu kota yang banyak memiliki benda-benda cagar budaya di wilayah timur Jawa Timur. Maka dari itu, sebenarnya banyak potensi yang bisa dikembangkan,ā€ pungkasnya.

Situs megalitikum di Desa Maskuning Kulon ini memang sangat unik. Puluhan batu dolmen berada dalam satu wilayah desa. Jaraknya pun berdekatan. Apalagi, beberapa batu itu ada di tengah-tengah kebun dan persawahan warga.

Situs megalitikum di sana berbentuk pemakaman yang terbuat dari batu besar dengan kaki-kaki di bawahnya. Bertujuan agar jenazah pada zaman dahulu tidak dimakan binatang buas atau dicuri orang. Sebab, di dalamnya juga terdapat bekal kubur berupa perhiasan dan benda-benda bekal menuju alam nenek moyang.

Total ada sekitar 58 batu dolmen di desa itu. Dengan perincian 57 batu dolmen dan satu batu dakon. Budaya yang masih ada di desa tersebut macam macapah, kotekan, dan patrol. Bahkan, ada batu dolmen terbesar se-Jawa Timur.

Situs megalitikum itu tentu sangat bermanfaat bagi warga desa. Selain dapat mengangkat nama Desa Maskuning Kulon sebagai situs megalitikum, juga bermanfaat bagi perekonomian masyarakat. Multiplier effect-nya nanti akan berjangka panjang.

 

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Solikhul Huda

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Puluhan warga Desa Maskuning Kulon, Kecamatan Pujer, mendapatkan pengarahan serta edukasi terkait situs budaya yang masuk dalam Ijen Geopark, kemarin. Desa Maskuning Kulon sendiri masuk dalam lima situs budaya, karena terdapat puluhan batu megalitikum di wilayahnya.

Sosialisasi yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) bertemakan pemberdayaan masyarakat sekitar cagar budaya itu diadakan di balai desa setempat. Ada dua pembicara dalam sosialisasi tersebut. Yakni Tantri Raras dari tim ahli budaya Ijen Geopark dan Kayan Suwastika, dosen sejarah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember (FKIP UNEJ). ā€œDesa Maskuning Kulon ini salah satu desa yang menjadi rujukan wisata edukasi. Banyak potensi wisata dan warisan budaya yang ada,ā€ kata Tantri.

Dalam sosialisasi tersebut, warga diberi pemahaman akan potensi situs batu-batu megalitikum yang ada di wilayahnya. Ke depan, mereka dapat memanfaatkan sebagai pemberdayaan masyarakat serta mengembangkan lebih baik lagi.

ā€œPemberdayaan ini masyarakat lah sebagai pelakunya. Ketika ada pengunjung datang, tentu ada perputaran ekonomi yang berkelanjutan. Seperti masyarakat bisa berdagang ataupun bisa membuka home stay,ā€ imbuhnya.

Terlebih, di Maskuning Kulon juga sudah ada kelompok sadar wisata (pokdarwis), sanggar desa, dan BUMDes. ā€œYang patut dikembangkan tidak hanya batu megalitikum saja. Tetapi bisa makanan tradisional ataupun kerajinan rumahan, seperti kerajinan bambu, untuk bisa dijual,ā€ ungkap Tantri.

Senada dengan Tantri, Kayan Suwastika juga menjelaskan betapa kayanya perjalanan sejarah yang ada di Bondowoso. ā€œBondowoso ini salah satu kota yang banyak memiliki benda-benda cagar budaya di wilayah timur Jawa Timur. Maka dari itu, sebenarnya banyak potensi yang bisa dikembangkan,ā€ pungkasnya.

Situs megalitikum di Desa Maskuning Kulon ini memang sangat unik. Puluhan batu dolmen berada dalam satu wilayah desa. Jaraknya pun berdekatan. Apalagi, beberapa batu itu ada di tengah-tengah kebun dan persawahan warga.

Situs megalitikum di sana berbentuk pemakaman yang terbuat dari batu besar dengan kaki-kaki di bawahnya. Bertujuan agar jenazah pada zaman dahulu tidak dimakan binatang buas atau dicuri orang. Sebab, di dalamnya juga terdapat bekal kubur berupa perhiasan dan benda-benda bekal menuju alam nenek moyang.

Total ada sekitar 58 batu dolmen di desa itu. Dengan perincian 57 batu dolmen dan satu batu dakon. Budaya yang masih ada di desa tersebut macam macapah, kotekan, dan patrol. Bahkan, ada batu dolmen terbesar se-Jawa Timur.

Situs megalitikum itu tentu sangat bermanfaat bagi warga desa. Selain dapat mengangkat nama Desa Maskuning Kulon sebagai situs megalitikum, juga bermanfaat bagi perekonomian masyarakat. Multiplier effect-nya nanti akan berjangka panjang.

 

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Solikhul Huda

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Puluhan warga Desa Maskuning Kulon, Kecamatan Pujer, mendapatkan pengarahan serta edukasi terkait situs budaya yang masuk dalam Ijen Geopark, kemarin. Desa Maskuning Kulon sendiri masuk dalam lima situs budaya, karena terdapat puluhan batu megalitikum di wilayahnya.

Sosialisasi yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) bertemakan pemberdayaan masyarakat sekitar cagar budaya itu diadakan di balai desa setempat. Ada dua pembicara dalam sosialisasi tersebut. Yakni Tantri Raras dari tim ahli budaya Ijen Geopark dan Kayan Suwastika, dosen sejarah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember (FKIP UNEJ). ā€œDesa Maskuning Kulon ini salah satu desa yang menjadi rujukan wisata edukasi. Banyak potensi wisata dan warisan budaya yang ada,ā€ kata Tantri.

Dalam sosialisasi tersebut, warga diberi pemahaman akan potensi situs batu-batu megalitikum yang ada di wilayahnya. Ke depan, mereka dapat memanfaatkan sebagai pemberdayaan masyarakat serta mengembangkan lebih baik lagi.

ā€œPemberdayaan ini masyarakat lah sebagai pelakunya. Ketika ada pengunjung datang, tentu ada perputaran ekonomi yang berkelanjutan. Seperti masyarakat bisa berdagang ataupun bisa membuka home stay,ā€ imbuhnya.

Terlebih, di Maskuning Kulon juga sudah ada kelompok sadar wisata (pokdarwis), sanggar desa, dan BUMDes. ā€œYang patut dikembangkan tidak hanya batu megalitikum saja. Tetapi bisa makanan tradisional ataupun kerajinan rumahan, seperti kerajinan bambu, untuk bisa dijual,ā€ ungkap Tantri.

Senada dengan Tantri, Kayan Suwastika juga menjelaskan betapa kayanya perjalanan sejarah yang ada di Bondowoso. ā€œBondowoso ini salah satu kota yang banyak memiliki benda-benda cagar budaya di wilayah timur Jawa Timur. Maka dari itu, sebenarnya banyak potensi yang bisa dikembangkan,ā€ pungkasnya.

Situs megalitikum di Desa Maskuning Kulon ini memang sangat unik. Puluhan batu dolmen berada dalam satu wilayah desa. Jaraknya pun berdekatan. Apalagi, beberapa batu itu ada di tengah-tengah kebun dan persawahan warga.

Situs megalitikum di sana berbentuk pemakaman yang terbuat dari batu besar dengan kaki-kaki di bawahnya. Bertujuan agar jenazah pada zaman dahulu tidak dimakan binatang buas atau dicuri orang. Sebab, di dalamnya juga terdapat bekal kubur berupa perhiasan dan benda-benda bekal menuju alam nenek moyang.

Total ada sekitar 58 batu dolmen di desa itu. Dengan perincian 57 batu dolmen dan satu batu dakon. Budaya yang masih ada di desa tersebut macam macapah, kotekan, dan patrol. Bahkan, ada batu dolmen terbesar se-Jawa Timur.

Situs megalitikum itu tentu sangat bermanfaat bagi warga desa. Selain dapat mengangkat nama Desa Maskuning Kulon sebagai situs megalitikum, juga bermanfaat bagi perekonomian masyarakat. Multiplier effect-nya nanti akan berjangka panjang.

 

 

 

Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Solikhul Huda

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca