Mobile_AP_Rectangle 1
IJEN, Radar Ijen – Penambang belerang di Kawah Ijen harus mengelus dada setiap hari. Sebab, bentuk pekerjaan yang cukup ekstrem itu tak sepadan dengan harga yang diberikan oleh pengepul. Satu kilogram belerang hanya dihargai Rp 1 ribu hingga Rp 1.200. Sementara, medan yang mereka tempuh terbilang cukup sulit. Apalagi para penambang itu masih memikul sendiri dari dasar kawah hingga puncak gunung.
BACA JUGA : PT Rolas Nusantara Medika Tingkatkan Layanan ke Masyarakat
Setiap hari mereka bergelut dengan asap beracun tanpa perlindungan. Berjalan kaki dengan medan yang cukup ekstrem, ditambah beban belerang yang dipikulnya. Satu kali angkutan, setiap penambang hanya mampu menggotong 70 kilogram belerang. Sebagai wadah, mereka menggunakan alat yang terbuat dari bambu, lalu dipikulnya. Pekerjaan yang cukup berbahaya itu rupanya belum sebanding dengan penghasilan yang didapat.
Mobile_AP_Rectangle 2
Seperti yang dialami oleh Suryadi, pria paruh baya asal Banyuwangi yang menambang di Kawah Ijen. Dia mengatakan, perjalanan yang cukup terjal itu ditempuh sekitar setengah jam. Bukan jalan biasa, tapi tanjakan disertai jurang dalam yang ada di sisi jalan. “Sekitar setengah jam dari dasar kawah, sambil memikul belerang. Jalannya bisa dilihat sendiri, sangat membahayakan,” katanya.
Suryadi merasakan ketidakpuasan dengan harga belerang saat ini. Sebab, setiap hari dia hanya mampu menambang 70 kilogram belerang. Satu kilogram hanya dibanderol dengan harga Rp 1 ribu, kadang kala lebih sedikit hingga Rp 1.200. “Harganya ga sebanding, Mas, dengan medan yang kami tempuh. Ini saya cuma dapat Rp 70 ribu lebih dalam satu hari,” tegasnya.
- Advertisement -
IJEN, Radar Ijen – Penambang belerang di Kawah Ijen harus mengelus dada setiap hari. Sebab, bentuk pekerjaan yang cukup ekstrem itu tak sepadan dengan harga yang diberikan oleh pengepul. Satu kilogram belerang hanya dihargai Rp 1 ribu hingga Rp 1.200. Sementara, medan yang mereka tempuh terbilang cukup sulit. Apalagi para penambang itu masih memikul sendiri dari dasar kawah hingga puncak gunung.
BACA JUGA : PT Rolas Nusantara Medika Tingkatkan Layanan ke Masyarakat
Setiap hari mereka bergelut dengan asap beracun tanpa perlindungan. Berjalan kaki dengan medan yang cukup ekstrem, ditambah beban belerang yang dipikulnya. Satu kali angkutan, setiap penambang hanya mampu menggotong 70 kilogram belerang. Sebagai wadah, mereka menggunakan alat yang terbuat dari bambu, lalu dipikulnya. Pekerjaan yang cukup berbahaya itu rupanya belum sebanding dengan penghasilan yang didapat.
Seperti yang dialami oleh Suryadi, pria paruh baya asal Banyuwangi yang menambang di Kawah Ijen. Dia mengatakan, perjalanan yang cukup terjal itu ditempuh sekitar setengah jam. Bukan jalan biasa, tapi tanjakan disertai jurang dalam yang ada di sisi jalan. “Sekitar setengah jam dari dasar kawah, sambil memikul belerang. Jalannya bisa dilihat sendiri, sangat membahayakan,” katanya.
Suryadi merasakan ketidakpuasan dengan harga belerang saat ini. Sebab, setiap hari dia hanya mampu menambang 70 kilogram belerang. Satu kilogram hanya dibanderol dengan harga Rp 1 ribu, kadang kala lebih sedikit hingga Rp 1.200. “Harganya ga sebanding, Mas, dengan medan yang kami tempuh. Ini saya cuma dapat Rp 70 ribu lebih dalam satu hari,” tegasnya.
IJEN, Radar Ijen – Penambang belerang di Kawah Ijen harus mengelus dada setiap hari. Sebab, bentuk pekerjaan yang cukup ekstrem itu tak sepadan dengan harga yang diberikan oleh pengepul. Satu kilogram belerang hanya dihargai Rp 1 ribu hingga Rp 1.200. Sementara, medan yang mereka tempuh terbilang cukup sulit. Apalagi para penambang itu masih memikul sendiri dari dasar kawah hingga puncak gunung.
BACA JUGA : PT Rolas Nusantara Medika Tingkatkan Layanan ke Masyarakat
Setiap hari mereka bergelut dengan asap beracun tanpa perlindungan. Berjalan kaki dengan medan yang cukup ekstrem, ditambah beban belerang yang dipikulnya. Satu kali angkutan, setiap penambang hanya mampu menggotong 70 kilogram belerang. Sebagai wadah, mereka menggunakan alat yang terbuat dari bambu, lalu dipikulnya. Pekerjaan yang cukup berbahaya itu rupanya belum sebanding dengan penghasilan yang didapat.
Seperti yang dialami oleh Suryadi, pria paruh baya asal Banyuwangi yang menambang di Kawah Ijen. Dia mengatakan, perjalanan yang cukup terjal itu ditempuh sekitar setengah jam. Bukan jalan biasa, tapi tanjakan disertai jurang dalam yang ada di sisi jalan. “Sekitar setengah jam dari dasar kawah, sambil memikul belerang. Jalannya bisa dilihat sendiri, sangat membahayakan,” katanya.
Suryadi merasakan ketidakpuasan dengan harga belerang saat ini. Sebab, setiap hari dia hanya mampu menambang 70 kilogram belerang. Satu kilogram hanya dibanderol dengan harga Rp 1 ribu, kadang kala lebih sedikit hingga Rp 1.200. “Harganya ga sebanding, Mas, dengan medan yang kami tempuh. Ini saya cuma dapat Rp 70 ribu lebih dalam satu hari,” tegasnya.